
Bumi Ageung Cikidang yang Kabarnya Saksi Bisu Perjuangan Kemerdekaan, Benarkah?
Tahukah Anda kalau ternyata Bumi Ageng Cikidang Cianjur berperan penting dalam sejarah Bangsa Indonesia? Nah salah satunya adalah saat masa pendudukan Jepang. Kira-kira kenapa ya, ada yang tahu?
Ternyata, pertemuan pejuang kemerdekaan pernah dilakukan di rumah ini loh, yang merupakan milik Bupati Cianjur ke-10, Raden Aria Adipati Prawiradiredja II. Simak lebih lanjut tentang sejarah lengkap Bumi Ageung Cikidang pada penjelasan di bawah ini yuk.
Mengenal Bumi Ageung Cikidang Lebih Dekat
Lokasi detail rumah ini berada di Jalan Mochamad Ali, Kelurahan Solokpandan, Cianjur, Jawa Barat. Bumi Ageung sendiri berarti rumah besar yang ada di Cikidang.
Bumi yang menjadi miliki Bupati Cianjur ke-10 ini dibangun sejak 1886 yang menjadi rumah peristirahatannya. Lalu, di tahun 1910, rumah tersebut diwariskan pada putri tercintanya, yaitu Raden Ayu Tjitjih Wiarsih.

Telah disinggung sebelumnya, bahwasanya rumah yang bernuansa vintage tersebut memegang kunci penting dalam perjalanan sejarah kemerdekaan tanah air.
Bahkan, ini ternyata juga menjadi tempat perumusan pembentukan tentara PETA (Pasukan Sukarela Pembela Tanah Air). Mereka melakukan rapat tentang perencanaan sekaligus penyusunan strategi untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Menurut sejarah, rapat itu dipimpin oleh Gatot Mangkoepradja.

Diketahui, sejak dibangunnya di akhir abad ke-19 tersebut, Bumi Ageung ternyata belum pernah loh direnovasi.
Hingga akhirnya, rumah tersebut sempat hancur di akhir tahun 1940-an, barulah dilakukan renovasi karena Bumi Ageung menjadi sasaran bom pasukan Belanda dan Jepang.
Pasukan Jepang ternyata juga datang untuk mengambil alih rumah ini karena dinilai menjadi ancaman untuk setiap pergerakannya. Hal tersebut terjadi sejak tahun 1946 hingga 1948.
Hal ini juga yang mendasari adanya pengungsian besar-besaran dari Bumi Ageung ke kuningan. Kedatangan mereka pun membuat beberapa barang di rumah berwarna hijau tersebut sempat rusak. Jadi, yang tersisa hanyalah yang dipamerkan saat ini.
Tak hanya itu, rumah ini juga sangat bersejaran lantaran menjadi pelindung untuk para lansia dan anak-anak saat terjadi kerusuhan etnis di tahun 1962–1963
Bumi Ageung Cikidang Dijadikan sebagai Cagar Budaya Nasional
Memang, Bumi Ageung sendiri bukan dikategorikan sebagai museum, melainkan Cagar Budaya Nasional sejak 2010 silam oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata.
Tak ada pro kontra ingin dijadikan museum atau tidak sebab pengurusan Bumi Ageung menjadi museum pun juga banyak syaratnya, seperti ketersediaan SDM, jadwal yang sesuai, harus dibawah yayasan, dan lainnya.
Bumi Ageung Cikidang berisikan benda-benda yang usianya sudah seabad, mulai dari meubel, foto, cangkir porselen, peralatan makan, hiasan dinding, alat musik (kecapi suling, hingga pahatan kayu ornamen geometris yang sangat rapi dan presisi.
Peninggalan yang sangat berarti salah satunya adalah cangkir porselen, dimana terpampang cetak foto dari mendiang wajah bupati beserta istrinya.
Nah, hingga kini, diketahui pengelolaannya dilakukan oleh generasi kelima Raden Adipati Aria Prawiradiredja II. Pengelolaannya memang sengaja dilakukan oleh salah satu keturunannya.

Jadi, jika Anda ingin melihat cagar budaya ini secara langsung, datang saja ke Jl. Mochammad Ali karena sama sekali tidak dipungut biaya, alias gratis ya.
Belajar sejarah tentang Bumi Ageung Cikidang secara langsung pastinya akan lebih seru dan menyenangkan daripada hanya sekedar membaca buku ataupun artikel di internet saja. Jika Anda pecinta sejarah tanah air, wajib banget coba masuk ke sini.